Penugasan 1 : Mengkritisi Pernyataan Pejabat Indonesia Berdasarkan Teori Kebenaran dalam Filsafat

 Penugasan 1 : Mengkritisi Pernyataan Pejabat Indonesia Berdasarkan Teori Kebenaran dalam Filsafat


Euforia Setelah Pemilu 2024


Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu "philos" artinya cinta dan "sophia" artinya kebenaran. Filsafat adalah jalan untuk mencari kebenaran namun konsepnya masih berproses dengan berpikir. Menurut Philosophos (ahli filsafat), harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengenjawantahan daripada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sophis dan socrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoretis. Philosopia adalah hasil dari perbuatan yang disebut Philosophein, sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophien. Dari kata philosophia itulah timbul kata-kata philosophie (Belanda, Jerman, Perancis), philosophy (Inggris). Dalam bahasa Indonesia disebut falsafat (Soerjabrata 1970 dalam Bakhtiar 2011). Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebenaran. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf lainnya.


Kebenaran adalah sesuatu hal yang bersifat objektif dan fakta, artinya ada di kenyataan maka itu disebut kebenaran. Sedangkan, kebenaran logika (T3). Sesuatu dianggap benar apabila secara logika atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah diakui sebagai benar atau sesuai dengan apa yang benar menurut kepercayaan metafisik. Aksioma metafisik yang menyatakan bahwa 1+1= 2 maka secara logika dapat dianggap benar. Namun demikian, di dalam kebenaran ini juga tidak terlepas dari konsensus orang-orang yang terlibat di dalamnya. Misalnya, 1+1 ≠ 3, karena secara konsensus telah diterima demikian. Dalam penerapannya ada tiga teori kebenaran, yaitu korespondensi (pernyataan yang sesuai kenyataan), artinya kebenaran ini sesuai dengan kenyataan dan tidak berbohong karena ada fakta kesesuaian antara pikiran dan kenyataan teori. Adapun moto teori ini adalah “truth is fidelity to objective reality” (kebenaran setia/tunduk pada realitas objektif). Implikasi dari teori ini ialah hakikat pencarian kebenaran ilmiah, bermuara kepada usaha yang sungguh-sungguh untuk mencari relasi yang senantiasa konsisten. Teori ini erat hubungannya dengan kebenaran empirik (T4). Kebenaran ini yang lazimnya dipercayai melandasi pekerjaan ilmuwan dalam melakukan penelitian. Sesuai (kepercayaan asumsi, dalil, hipotesis, proposisi) dianggap benar apabila konsisten dengan kenyataan alam, dalam arti dapat diverifikasi, dijustifikasi, atau kritik. Koheren (pernyataan yang satu dengan lainnya bersesuaian dan dianggap benar), artinya sesuatu itu harus selaras dengan hal lainnya agar disebut benar. Pragmatis (sesuatu yang bermanfaat dan memuaskan bagi pengguna), artinya dalam teori ini dianggap benar jika itu dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri meskipun bagi orang lain hal itu salah. Teori-teori kebenaran ini dapat dijadikan bahan analisis untuk mencari kebenaran dalam filsafat karena sesuatu itu harus dicari kebenarannya. Sudah tugas manusia untuk berpikir dan bertanya karena itu hakikatnya sebagai makhluk berakal dan berbudi (Suaedi, 2016: 52-53).


Dikutip dari laman berita kompas pada tanggal 3 Maret 2024 yang berjudul "Dominasi Real Count KPU, Prabowo Subianto Tak Ingin Terlalu Euforia Kala Unggul Sementara di Pilpres" ditulis oleh Gading Persada, dalam berita tersebut ada pernyataan Prabowo mengenai tanggapan hasil real count yang unggul sementara. Prabowo menyatakan bahwa ia tidak akan terlalu euforia dan bergembira berlebihan. Ia akan mengucapkan terima kasih dan merenung sejenak karena diberi mandat yang sesungguhnya maka Prabowo akan lebih bertanggung jawab demi masa depan bangsa Indonesia yang lebih maju dan unggul. Prabowo pun akan menggunakan kemampuannya untuk kesejahteraan Indonesia. Hal tersebut Prabowo sampaikan di acara silahturahmi kebangsaan bersama muslimat NU pada tanggal 2 Maret 2024 di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Jawa Barat. 


Pernyataan Prabowo tersebut termasuk dalam teori kebenaran korespondensi. Maka, kebenaran yang diucapkan Prabowo itu salah. Jika kita melihat sikapnya pada tanggal 14 Februari 2024 ketika pasangan Prabowo-Gibran mendominasi hasil hitung cepat maka akan terlihat bahwa antara pernyataan dengan kenyataan yang ada sangat berbeda. Hal ini karena Prabowo kuranv bersikap objektif hingga tak dapat melihat kebenaran lainnya. Prabawo pun mengucapkan kata tersebut tanpa memikirkan tindakannya di kenyataan. Kebenarannya pun sering tak konsisten karena berubah-ubah dan tak sesuai dengan fakta lapangan yang ada. Sebagai seorang manusia kita harus berfilsafat dengan cara berpikir dan terus bertanya untuk mendapatkan teori kausalitas dalam pernyataan yang disampaikan Prabowo tersebut. Benarkah Prabowo tidak euforia? Apa alasan Prabowo menyatakan bahwa ia tak akan bergembira dulu? Mengapa sikapnya demikian? Pertanyaan itu akan dapat dijawab jika kita terus mencari kebenaran yang sesungguhnya dalam ucapan Prabowo Subianto.


Prabowo dalam kenyataannya terlalu euforia dan sangat gembira ketika hasil perhitungan selalu unggul. Ada beberapa bukti yang menunjukan bahwa Prabowo Subianto bereuforia ketika mendominasi perhitungan yaitu saat setelah beberapa jam hitung cepat Prabowo telah menyiapkan panggung super megah yang mengundang artis dan pejabat lainnya. Ia pun berpidato di sana untuk mendeklarasikan kemenangannya. Hal ini harusnya tak boleh terjadi karena perbuatan Prabowo tersebut telah menunjukan euforia yang berlebihan. Pembuatan dekorasi panggung dan mewahnya tempat itu telah menjadi bukti bahwa pernyataannya pada tanggal 2 Maret 2024 itu tak benar. Selain itu, Tim Pemenangannya pun telah membagikan sembako pada masyarakat sebagai wujud dari euforia. Bahkan, Prabowo telah menjalankan program makan siang gratis di beberapa wilayah Indonesia. 


Semua tindakan Prabowo tersebut tak konsisten dengan teori kebenaran. Ucapannya dengan kenyataan tak sesuai. Sikapnya lebih condong ke arah bergembira dengan euforia karena berhasil unggul dalam real count. Seperti yang tertera di laman KPU Prabowo Subianto-Gibran memperoleh 75.386.371 suara atau 58,83 %, lalu paslon Amin dengan 31.385.467 suara atau 24,49 %, sedangkan Ganjar-Mahfud dengan 21.378.763 suara atau 16,68 %. Prabowo pun lebih unggul dan menyatakan tak akan terlalu berlebihan dalam euforia. Namun, kenyataan itu tak bersesuaikan dengan yang Prabowo ucapkan saat kunjungan ke Bogor itu. Prabowo pasti punya motif karena mengatakan hal demikian. Ia ingin menarik simpati rakyat agar selalu dianggap orang yang rendah hati. 


Dalam teori sosial-psikologi dijelaskan bahwa seseorang dapat berbohong agar mendapatkan perhatian orang lain. Kebenaran yang tak konsisten ini pun bersesuaian dengan teori sosial-psikologi. Rasa simpati masyarakat sangat dibutuhkan agar mendapatkan dukungan dalam pemilu 2024. Ucapannya yang tak sesuai tersebut berargi bukanlsb suatu kebenaran karena yang benar akan bersikap objektif. Objekfif artinya fakta, kenyataan, dan pernyataan itu selaras dengan satu jalan tanpa berat sebelah. 


Oleh karena itu, berdasarkan teori kebenaran pernyataan Prabowo tersebut salah dan tidak benar karena kenyataannya sangat berbeda dengan yang ia ucapkan. Euforia yang berlebihan ditunjukannya dengan berbagai tindakan  dan acara dalam merayakan keunggulan suara padahal pengumuman resmi masih belum diumumkan oleh KPU. Euforia ini telah menunjukan bahwa Prabowo dengan ucapannya tak selaras.



Komentar

Postingan Populer