Menimbang Materialisme dan Idealisme: Dinamika Kebutuhan Manusia

 Penugasan 2 : Mengkritisi Gambar Tentang Filsafat Sejarah Spekulatif antara Materialisme dan Idealisme dalam Praktek Pemilu



Menimbang Materialisme dan Idealisme: Dinamika Kebutuhan Manusia


Kata Kunci : Filsafat Sejarah Spekulatif, Materialisme, Idealisme, Pemilu, Roti, Kunci, Teori Filsafat.


Filsafat sejarah spekulatif adalah suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Dalam filsafat sejarah spekulatif berfokus pada tiga hal pokok, yaitu motor penggerak sejarah, pola gerak sejarah, dan tujuan gerak sejarah. Motor penggerak sejarah adalah faktor pendorong dalam perilaku manusia baik masa lampau atau masa depan. Biasanya mencari struktur dalam yang terkandung  dalam proses sejarah secara keseluruhan (Ankersmit, 1987:17). Biasanya ada tiga macam pertanyaan yang perlu dijawab, yaitu:

1. Irama atau pola macam apa dapat kita amati dalam proses sejarah?

2. Mana "motor" yang menggerakan proses sejarah?

3. Apa sasaran terakhir yang dituju proses sejarah?


Filsafat sejarah spekulatif merupakan cabang filsafat sejarah yang fokus pada kemungkinan masa depan dan bagaimana manusia dapat membentuknya. Dalam kerangka ini, dua aliran pemikiran utama, materialisme dan idealisme, menawarkan perspektif yang berbeda tentang bagaimana masa depan dapat dibentuk dan apa yang menjadi faktor pendorongnya. Materialisme melihat sejarah sebagai produk dari kondisi material dan ekonomi. Perkembangan teknologi, perubahan struktur kelas, dan perjuangan untuk sumber daya dianggap sebagai faktor utama yang mendorong perubahan sejarah. Teori materialisme dipopulerkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Mereka berpendapat bahwa sejarah manusia merupakan "perjuangan kelas" antara kelas penguasa (borjuasi) dan kelas pekerja (proletariat). Perjuangan ini ultimately (akhirnya) akan mengarah pada revolusi sosial dan pendirian masyarakat komunis. Dalam spekulasi sejarah materialis, fokusnya adalah pada bagaimana perubahan kondisi material dan ekonomi dapat melahirkan sistem sosial dan politik baru. Contohnya, spekulasi tentang bagaimana perkembangan teknologi AI dan robotika dapat mengubah struktur pekerjaan dan memicu perubahan sosial. 

Materialisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa realitas material (materi, energi, dan fenomena fisik) adalah satu-satunya realitas yang ada. Dalam kerangka materialisme, faktor-faktor pendorong manusia primarily (secara primer) berasal dari kondisi material dan ekonomi.

Faktor-faktor Pendorong Utama:

1. Kebutuhan Dasar: Manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan dasar fisiologis seperti makanan, air, tempat tinggal, dan keamanan. Kebutuhan ini merupakan faktor fundamental (mendasar) dalam berbagai tindakan manusia, seperti bekerja, berdagang, dan membangun komunitas.

2. Keinginan untuk Meningkatkan Kualitas Hidup: Manusia tidak hanya puas dengan  pemenuhan kebutuhan dasar. Mereka also (juga) memiliki hasrat untuk meningkatkan standar hidup mereka. Keinginan ini mendorong mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, dan mencapai status sosial yang lebih tinggi.

3. Ketidaksetaraan dan Konflik: Distribusi sumber daya dan kekayaan yang tidak merata dapat memicu konflik dan perjuangan antar kelas sosial. Dalam perspektif materialisme, konflik ini merupakan bagian integral dari proses sejarah dan dapat mendorong perubahan sosial.

4. Perkembangan Teknologi: Perkembangan teknologi dapat mengubah cara manusia bekerja, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan dunia. Teknologi baru  dapat membuka peluang baru dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga dapat menimbulkan masalah baru seperti pengangguran dan degradasi lingkungan.

5. Globalisasi: Globalisasi, proses saling keterkaitan antar negara dan bangsa, telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Globalisasi dapat membuka peluang baru untuk perdagangan dan kerjasama, tetapi juga dapat menimbulkan masalah seperti eksploitasi tenaga kerja dan krisis ekonomi.

Contoh dari materialisme yang menjadi motor penggerak sejarah yaitu, Revolusi Industri di Eropa didorong oleh keinginan untuk meningkatkan produksi dan efisiensi ekonomi melalui mekanisasi dan penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran.


Sedangkan, idealisme melihat sejarah sebagai produk dari ide, gagasan, dan budaya. Perkembangan pemikiran, perubahan nilai-nilai, dan pergerakan sosial dianggap sebagai faktor utama yang mendorong perubahan sejarah. Teori idealisme dipopulerkan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Dia berpendapat bahwa sejarah adalah perwujudan "Geist" (roh) atau "akal universal" yang bergerak maju melalui dialektika tesis-antitesis-sintesis. Dalam spekulasi sejarah idealis, fokusnya adalah pada bagaimana ide-ide baru dan gerakan sosial dapat mengubah tatanan dunia yang ada. Biasanya idealisme menggunakan realitas kesadaran yang benar nyata. Hal ini berarti dalam idealiasme manusia cenderung sadar akan pilihannya. Contohnya, spekulasi tentang bagaimana gerakan aktivisme lingkungan dapat mendorong perubahan kebijakan global dan transisi ke energi terbarukan.








Berdasarkan analisis tentang gambar tersebut yang menunjukan bahwa manusia memilih roti daripada kunci ketika dipenjara, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teori materialisme yang paling dibutuhkan manusia. Hal tersebut karena manusia kurang sadar ketika memilih materialisme. Manusia hanya percaya pada materi berupa faktor ekonomi. Lalu, gambar tersebut ditambah dengan pilihan nomor urut capres dalam pemilu 2024, banyak yang memilih nomor 02 karena roti dan nomor 01 dan 03 kunci, maka tidak dipilih oleh orang-orang. Padahal manusia tersebut sedang dibalik jeruji besi, maka harusnya memilih kunci. Akan tetapi, akal manusia lebih mendahulukan materialisme berupa roti. Dalam gambar tersebut mempunyai arti bahwa kemiskinan tetap dipelihara oleh negara agar bisa di manfaatkan seperti itu. Seperti halnya orang memilih roti daripada kunci artinya kebanyakan orang miskin lebih memilih bisa makan terlebih dahulu daripada terbebas dari kemiskinan karena itu akan sangat sulit. Hal ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong materialisme dalam pemilu sehingga banyak orang miskin memilih materialisme berupa makanan atau faktor ekonomi. 


Materialisme, dalam konteks pemilihan presiden (capres), mengacu  pada kecenderungan pemilih untuk memilih berdasarkan faktor-faktor material seperti kondisi ekonomi, kebijakan ekonomi, ketersediaan infrastruktur, dan akses terhadap layanan publik. Pemilih materialistis cenderung memilih capres yang mereka yakini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan menyediakan layanan publik yang lebih baik. Mereka often (sering) pragmatis dan fokus pada hasil nyata. Mereka tak akan menggunakan teori idealisme karena menurutnya idealisme tak akan mampu menghasilkan keuntungan di masa depan. Faktor-faktor Material yang Dipertimbangkan Pemilih adalah:

●Kondisi Ekonomi: Tingkat inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor utama yang dipertimbangkan pemilih. Pemilih materialistis akan memilih capres yang memiliki rencana untuk mengendalikan inflasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 

● Kebijakan Ekonomi: Rencana capres untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, seperti program pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, menjadi pertimbangan penting bagi pemilih materialistis. Seperti contohnya program makan siang gratis dan pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Hal ini termasuk unsur materialisme dalam masyarakat. Semua program itu kurang efektif dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia karena hanya sebuah janji belaka dari materialisme seperti pada gambar ada orang yang memilih roti karena tak ingin terbebas dari kemiskinan. Ia hanya ingin agar cukup dulu saja dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. 

● Ketersediaan Infrastruktur: Kualitas jalan, jembatan, dan transportasi publik yang baik dapat meningkatkan mobilitas dan produktivitas masyarakat. Pemilih materialistis akan memilih capres yang memiliki komitmen untuk membangun dan memelihara infrastruktur yang memadai.

● Akses terhadap Layanan Publik: Pendidikan, kesehatan, dan perumahan yang berkualitas dan terjangkau merupakan kebutuhan dasar bagi semua orang. Pemilih materialistis akan memilih capres yang memiliki program untuk meningkatkan akses terhadap layanan publik ini.


Keuntungan tersebut yang biasa menjadi motor penggerak dalam fenomena gambar tersebut. Mereka cenderung mendapatkan profit dengan memilih nomor urut 02, sementara itu mereka tak mempertimbangkan aspek idealisme dari memilih paslon lain. Masyarakat lebih memilih paslon 02 yang banyak menjanjikan unsur materialisme. Materialisme dapat mendorong pemilih untuk memilih capres yang menjanjikan solusi konkret untuk masalah ekonomi. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi pemilih dan mendorong terciptanya pemerintahan yang lebih akuntabel dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. Namun, materialisme juga dapat memiliki dampak negatif pada pemilihan capres. Materialisme dapat mempolarisasi pemilih, dengan fokus pada perbedaan program ekonomi dan kebijakan. Hal ini dapat memicu perselisihan dan perpecahan di masyarakat. Materialisme juga dapat mengaburkan faktor-faktor lain yang penting dalam memilih capres, seperti ideologi, integritas, dan rekam jejak. Hal ini dapat menyebabkan terpilihnya capres yang kurang kompeten atau bahkan korup. Semua itu karena manusia hanya berfokus pada materialisme yang tidak memberikan efek jangka panjang.


Menurut pendapat saya gambar di atas sangat tidak etis karena lebih memilih roti daripada kunci. Padahal dia sangat membutuhkan kunci agar bisa keluar dari jeruji besi tersebut. Namun, kesempatan itu ia lewatkan demi materialisme. Perumpaan roti sebagai faktor ekonomi telah merubah pola pikir manusia menjadi lebih materialiasme dengan mempertimbangkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Manusia seharusnya sadar bahwa materialisme tidak berarti apapun. Materialisme hanya memberikan keuntungan singkat saja.


Oleh karena itu, berdasarkan gambar tersebut terbukti bahwa materialisme yang paling dibutuhkan orang-orang untuk menjadi pertimbangan dalam memilih sesuatu. Hal ini karena materialisme menawarkan sebuah keuntungan ekonomi bagi pemilihnya. Materialisme yang kompleks dapat menjadi peletak dasar kebutuhan manusia. Seperti halnya masyarakat yang banyak memilih 02 karena menawarkan materialisme daripada idealisme. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat pun dapat memilih idealisme jika ingin melihat idealisme sebagai arah dari perspektif manusia. Materialisme mungkin dapat membeli kebahagiaan sesaat, namun banyak orang mencari makna hidup yang lebih dalam dan lestari. Mereka terdorong untuk berkontribusi pada sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri, meninggalkan jejak positif di dunia. Idealisme menjadi panduan untuk menemukan makna tersebut, entah melalui karya kreatif, aktivisme sosial, atau pengabdian pada bidang tertentu. Dunia nyata penuh dengan ketidakadilan dan ketidaksempurnaan. Melihat kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan hidup, atau penderitaan orang lain bisa memicu rasa empati dan keinginan untuk memperbaikinya. Idealisme menjadi motivasi untuk memperjuangkan perubahan, menegakkan keadilan, dan melindungi yang lemah. Meskipun, dalam kenyataannya banyak yang terpengaruh oleh materialisme karena pikiran manusia yang masih pragmatis tanpa melihat perpesktif lainnya. Jika manusia melihat perspektif lain maka pasti akan memilih idealisme sebagai pencerahan. 


Sumber :

Ankersmit. (1987). Refleksi Tentang Sejarah : Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat Sejarah. Terjemahan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia Pustaka. 

Danto. (1968). Analytical Philosophy of History. Amerika : Cambridge.

Sitorus, F. (2017). Dualitas Idealisme dan Materialisme. Paper ECF "Philosophy of Mind" Fakultas Filsafat. Bandung: Universitas Parahyangan.

Muhsin, Mumuh. (2011). Filsafat Sejarah. Diakses pukul 19.00 WIB pada tanggal 24 Maret 2024. Link: https://mumuhmz.wordpress.com/2011/09/21/filsafat-sejarah-pendahuluan/#more-215
















Komentar

Postingan Populer